SMAIT Al-Multazam

Praktikum Uji Golongan Darah dan Rhesus SMAIT Al-Multazam

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (Q.S. Al-‘Alaq : 2)-

KUNINGAN. Keseruan dan antusias nampak pada para santri kelas XI SMAIT Al-Multazam saat praktikum Selasa, 1 November 2022. Praktikum ini bertujuan untuk menambah keterampilan wawasan santri dalam mengetahui dan membedakan golongan darah A,B, AB, dan O serta menentukan rhesus positif dan negatif.

Selama ini yang diketahui para santri sistem penggolongan darah hanya ABO dan belum mengenal sistem rhesus, sehingga mereka merasa penasaran untuk mengetahui rhesus apa sekaligus mempraktikannya langsung dan memastikan golongan darah yang selama ini hanya diketahui dari orangtua mereka masing-masing.

Kegiatan ini berlangsung di laboratorium Biologi bersama Guru Biologi Ust Didik Wiranto, S.P, M.Pd. didampingi Laboran tenaga profesional dan salah satu tim kesehatan pesantren yang membantu dalam teknis pengambilan darah agar memenuhi standar kesehatan. Selain melakukan uji golongan darah dan rhesus, mereka juga melakukan pengukuran tekanan darah, denyut nadi dengan menggunakan alat tensimeter atau Sphygmomanometer.

Alat dan bahan untuk melakukan praktikum ini cukup sederhana diantaranya Blood Lancet (jarum franke) dan pen device untuk mengambil darah, Alcohol Swabs untuk antiseptik dan pembersih, pengaduk, Reagen/ Serum/Antigen anti-A, B, AB dan D untuk pengujian menentukan golongan darah dan kartu golongan darah sebagai tempat hasil pengujian. Prosedur pelaksanaan pengujian golongan darah dan rhesus juga sangat mudah, praktikan/probandus membersihkan salah satu ujung jari dengan antiseptik, kemudian diambil darahnya dengan Blood Lancet pen dan diteteskan pada masing-masing kolom pada kartu uji golongan darah.

Tahapan selanjutnya adalah meneteskan Reagen/ Serum anti-A, B, AB dan D pada masing-masing sampel darah tersebut dan diaduk/ dicampur. Sampel diperiksa untuk melihat ada tidaknya Aglutinasi (penggumpalan) sel darah. Jika sel darah saling menempel atau menggumpal, artinya darah bereaksi dengan salah satu antigen. Sehingga dari hasil pengamatan bisa ditentukan golongan darah tersebut A, B, AB dan O beserta rhesusnya negatif atau positif.

Dari 84 siswa yang melakukan praktikum didapatkan hasil golongan darah bervariasi. Santri dengan golongan darah A 29%, golongan darah B 24%, golongan darah AB 6%, golongan darah O sejumlah 40% dan semua santri memiliki rhesus positif (100%) dengan rata-rata memiliki tekanan darah sistole/diastol 101/ 67.

Dari data yang ada memiliki korelasi dengan keadaan golongan darah secara nasional. Menurut data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), jumlah penduduk Indonesia paling banyak memiliki golongan darah O dan yang sedikit golongan darah AB. Sedangkan penduduk Indonesia rata-rata hampir 99% memiliki rhesus positif. Sedangkan penduduk Indonesia yang memiliki rhesus negatif kurang dari 1 %.

Lalu kenapa penting untuk kita mengenal rhesus, berdasarkan riset jumlah penduduk yang memiliki rhesus negatif di dunia jauh lebih sedikit dari rhesus positif hanya sekitar 15%. Kebanyakan rhesus negatif dimiliki masyarakat Ras Kaukasoid seperti warga Eropa, Amerika, dan Australia, sementara 90% orang Asia dan Afrika memiliki golongan darah rhesus positif artinya jumlah donor darah bagi rhesus negatif terbatas di Indonesia. Hal ini akan menjadi permasalahan karena orang dengan rhesus positif hanya bisa donor darah ke sesama rhesus positif dan rhesus negatif hanya bisa menerima donor dari sesama rhesus negatif saja. Dengan jumlah kurang dari 1% penduduk yang memiliki rhesus negatif menjadi tantangan tersendiri khususnya PMI dalam menyediakan dan memfasilitasi penduduk yang memerlukan donor dari sesama rhesus negatif, sehingga saat ini muncul komunitas Rhesus Negatif Indonesia (RNI) sebagai sarana komunikasi untuk membantu warga yang memerlukan tranfusi/ donor darah sesamanya.

Permasalahn kedua, kenapa mengetahui rhesus sangat penting adalah selain karena stok darah minim perbedaan rhesus berisiko pada kehamilan. Bila ibunya memiliki reshus negatif sementara ayahnya positif maka bisa jadi anak yang dikandung rhesusnya positif, ini yang berbahaya. Ketidakcocokan rhesus ibu dan janin akan membuat tubuh ibu melawan, sel darah dengan antigen D (Rh-) dianggap benda asing harus dihancurkan layaknya virus atau bakteri. Tubuh ibu akan memproduksi antibodi yang menyerang sel-sel darah merah calon bayi akibatnya bisa terjadi kematian atau membuat bayi terlahir dengan berbagai penyakit seperti penyakit kuning, anemia, pembengkakan hati, kerusakan otak atau gagal jantung yang dikenal dengan eritroblastosis fetalis.

Selama sang ibu dan ayah tahu akan golongan darahnya risiko perbedaan rhesus bisa diantisipasi dengan suntikan anti D atau biasa disebut rhogam. RhoGam ini akan menghancurkan sel darah merah janin yang beredar dalam darah ibu, sebelum sel darah merah itu memicu pembentukan antibodi yang dapat menyeberang ke dalam sirkulasi darah janin. Dengan demikian janin akan terlindung dari serangan antibodi.

Begitu penting mengetahui jenis rhesus darah, sehingga selain bisa tahu apakah darah kita ini memiliki rhesus positif ataupun negatif, para santri juga bisa sekaligus mendonorkan darah bagi sesama yang memerlukan. Sebagaimana slogan yang sering kita dengar “Setetes Darah Anda, Nyawa Mereka”. Apapun jenis golongan darah dan rhesus kita semuanya adalah karunia dari Allah SWT yang patut kita syukuri, semua ada hikmahnya, tidak ada ciptaan-Nya yang sia-sia sebagaimana Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 191: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”

(DIW)

Scroll to Top