SMAIT Al-Multazam

Artikel

Artikel

Best Practice: Meningkatkan Regulasi Emosi

Oleh Mimin Rasmini, S.Psi. Bimbingan dan Konseling tidak dapat terpisahkan dari sistem pendidikan, memiliki peran penting dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara komprehensif. Guru Bimbingan dan Konseling bertugas membantu konseli untuk memaksimalkan perkembangannya dirinya secara optimal dalam kehidupannya. Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam pembelajaran, berbeda dengan peran guru mata pelajaran, layanan bimbingan dan konseling tidak memberikan tugas maupun ulangan harian kepada peserta didik. Guru Bimbingan dan Konseling memberikan layanan dalam pencapaian tugas perkembangan peserta didik secara optimal, sehingga peserta didik memiliki kecakapan hidup dan menjadi pribadi yang mandiri. Dalam praktik pembelajaran PPG Dalam Jabatan, penulis memakai POP Bimbingan dan Konseling. Penulis meyakini bahwa buku tersebut sudah sesuai untuk digunakan dalam membuat program layanan bimbingan dan konseling, sebab diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Akhir-akhir ini banyak dijumpai permasalahan mental pada remaja. Menurut Indonesia National Adolescent Mental Health survey 2022, 15,5 juta (34,9%) remaja mengalami masalah mental dan 2,45 juta (5,5%) remaja mengalami gangguan mental. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa yang mengalami perubahan fisik pada ciri-ciri seks sekunder, perubahan emosi seperti perasaan sayang, benci, takut, khawatir dan juga perubahan psikososial. Proses perubahan ini terjadi dalam hubungan remaja dengan lingkungan sosialnya, bagaimana ia mneghadapi persoalan yang dihadapinya, tingkah laku dan hubungannya dengan lingkungan serta ketertarikan dengan lawan jenis, selain itu emosinya cenderung kurang terkendali sehingga membuat remaja sulit untuk memahami diri dan lingkungan sekitarnya (Santrock, 2007 & Sarwono, 2013). Terkait dengan emosi, secara umum emosi memiliki banyak pengaruh dalam kehidupan manusia, terutama remaja yaitu dalam perilaku, berpikir dan ucapan seseorang (Strongman, 2003). Emosi negative juga bisa menyebabkan seseorang memberikan tanggapan yang kurang tepat (Gross & Thompson, 2006). Emosi negative dapat dilihat dalam bentuk kecemasan, depresi, agresi dan stress (Fredrickson, 2000). Dengan demikian, karena banyaknya pengaruh emosi negative dalam kehidupan, diperlukan kemampuan dalam diri untuk mengatur emosi tersebut agar remaja dapat melewati perkembangannya dengan baik. Kemampuan mengatur emosi disebut dengan regulasi emosi, terutama emosi negative yang muncul dalam diri seseorang (Gross & Thompson, 2007). Dengan regulasi emosi, individu dapat memunculkan pikiran yang positif, mampu menerima masalahnya dengan baik (Hoeksema, 2012), sebaliknya individu yang memiliki regulasi emosi yang tidak baik dapat menyebabkan dirinya kurang tepat dalam merespon lingkungannya, merasa kesepian, amarah yang tidak terkontrol dan hambatan dalam mengekspresikan emosinya. Oleh sebab itu hal ini menjadi tantangan Guru Bimbingan dan Konseling dalam membantu peserta didik untuk mampu meregulasi emosi dengan baik. Penulis mencoba untuk mengulas strategi layanan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan regulasi emosi pada peserta didik melalui layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik mindfulness. Layanan bimbingan klasikal dengan teknik mindfulness bertujuan agar peserta didik mampu memiliki pemahaman dan kemampuan untuk meregulasi emosi dengan baik. Teknik layanan menggunakan mindfulness, mengajarkan peserta didik untuk merelaksasi emosi yang dirasakan. Dalam kegiatan layanan bimbingan klasikal, peserta didik merasa antusias dan aktif dalam mengikuti layanan karena hal ini termasuk hal baru bagi mereka. Walaupun masih ada beberapa peserta didik yang belum bisa berkomitmen bertanggung jawab dalam mengikuti layanan. Capaian layanan yang diharapkan oleh guru BK adalah peserta didik memiliki kematangan emosi yang bagus.

Artikel

Canggihnya Teknologi Mampu Mengubah Dunia Namun Tidak dengan Karakter

Oleh, Mimin Rasmini, S.Psi. Kemajuan teknologi saat ini merupakan kemajuan yang memberikan kemudahan dan fasilitas tanpa batas dalam setiap kegiatan keseharian, terutama untuk generasi muda atau para pelajar. Teknologi, satu kata yang sangat berperan penuh dalam perkembangan kehidupan manusia saat ini. Mungkin hampir sebagian penduduk diseluruh dunia termasuk di Indonesia sendiri pun sudah menikmati kemajuan teknologi. Berbicara tentang teknologi tentunya tidak akan terpisahkan dengan dunia internet dan gawai atau gadget. Internet dan gawai (gadget) adalah beberapa hasil dari kemajuan teknologi. Salah satu yang paling banyak memanfaatkan internet adalah dunia pendidikan. Di negara kita, imbas dari covid-19, tiga tahun ke belakang, pembelajaran secara daring menjadi viral. Bahkan di beberapa sekolah dan lembaga pendidikan lain seperti perguruan tinggi sudah tidak lagi menggunakan metode pembelajaran konvensional dengan cara tatap muka. Semuanya serba online dan paperlast. Ini merupakan kemajuan yang sangat baik tentunya, mengingat bahwa haruslah sedini mungkin teknologi itu diperkenalkan untuk memajukan masyarakat Indonesia. Teknologi dan remaja menjadi dua hal berbeda, tapi saling melekat satu sama lain. Bak dua gambar mata koin yang saling berdampingan dan tidak terlepaskan. Yang jelas kini, pertumbuhan dan perkembangan teknologi yang begitu pesat di tengah lingkungan masyarakat, sudah sangat memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi, serta mengirim data untuk membangun pergaulan melalui media sosial. Begitulah yang terjadi saat ini di kalangan kaum pelajar atau remaja. Namun mungkin tanpa disadari, teknologi yang ada saat ini bisa berubah menjadi sebuah ancaman tersendiri,jika teknologi tersebut tidak mampu dikelola dan justru menguasai si penggunanya. Maka ketergantungan generasi saat ini dengan teknologi menyebabkan adanya perubahan gaya hidup, tingkah laku, dan pergeseran norma sampai pada degradasi moral. Tidak hanya penurunan moral, tetapi lebih prahny lagi sebutan atau julukan ‘Generasi Strawberry’ melekat pada diri remaja saat ini. Banyak remaja lebih memilih menggunakan handphone mereka dibandingkan dengan serunya menikmati pertemuan dan percakapan. Pernyataan “mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat”, memang bukan hanya pernyataan belaka tanpa makna apalagi fakta. Semua terbukti di depan mata bahwa generasi muda saat ini asyik dengan dunia maya. Istilah lain generasi saat ini dijuluki ‘generasi menunduk’. Tidak dipungkiri bahwa perkembangan zaman mendorong juga pengembangan ilmu pengetahuan dan temuan yang memudahkan hidup manusia. Teknologi memang dengan cepat mampu menjadikan seseorang jatuh cinta tanpa jeda walaupun hanya sekadar bertegur sapa. Kata seolah terbatas, rasa seakan sirna, dan hormat tidak melekat pada diri mereka. Canggihnya teknologi hanya mampu memberikan kepuasan sementara dan hanya memajukan pemikiran-pemikiran dangkal para generasi muda. Canggihnya teknologi tidak mampu menyentuh hati-hati mereka untuk dapat menghargai kehidupan. Oleh karena itu banyak diantara generasi muda, kaum pelajar, dan orang dewasa kurang memiliki rasa simpati dan empati atau sekadar merasakan derita orang lain. Berdasarkan uraian di atas, maka sangat dibutuhkan sebuah solusi atau penanganan serta pencegahan yang mampu memberikan pelajaran berharga bagi generasi muda untuk bijak dalam menggunakan internet dan memanfaatkan alat belajar. Penanganan khusus baik dari individunya itu sendiri maupun keluarga dan lingkungan, tentunya menjadi hal pertama yang harus dilakukan. Tidak hanya keluarga dan lingkungan, lembaga pendidikan menjadi faktor utama dalam membimbing, mendidik, dan mendampingi peserta didik ketika menggunakan alat belajar berinternet atau media sosial lain.

Artikel

Jika Tanpamu?

Tahun 2023 sepertinya taun terpanjang dalam musim kemarau. Sampai bulan ke-10 langit tidak menampakan tanda-tanda akan turun hujan. Pernah ada tanda-tanda, tetapi hanya sebatas mendung dengan suasana semakin panas terasa. Semua mahluk bernyawa berharap bulan ke-10 ini, Oktober 2023 Allah Swt. menurunkan secercah harapan dan tanda yang bukan sekadar tanda, melainkan rintik-rintik hujan turun basahi bumi. Bumi sudah lama kepanasan. Air hujan akan mendingin bumi dari panas berkepanjangan. Bumi akan merasakan sejuknya udara dan lembabnya cuaca dari hawa panas berlebihan. Harapan dan doa terus dilantunkan tanpa henti kepada Sang Mahakuasa, Allah Swt. Tanpa kata lelah manusia terus meminta dan memohon agar bumi diberikan kesejukan dan keceriaan, kebahagiaan seluruh makhluk hidup di dalamnya. Data menunjukan kekeringan terjadi di mana-mana. Kesulitan akan air bersih dialami oleh sejumlah warga di berbagai wilayah dan daerah. Tidak hanya itu, kemarau mengancam Kesehatan dan keselamatan Masyarakat. Pohon kering menyebabkan banyaknya daun kering berjatuhan tertiup angin. Tanaman kering tanpa ada kehidupan. Sampai kapan ini akan terjadi?Kotaku seolah keasriannya hilang. Sekolahku seakan keresikannya tiada. Banyak daun kering berguguran di sepanjang jejak jalan. Tentunya hal tersebut membuat kotaku seakan hilang, lingkungan sekolahku seolah kotor oleh tebaran dedaunan kering. Mereka, para pengguna jalan, berjalan di atas dedaunan kering tanpa beban dan sedikit tidak peduli untuk sekadar mengambil dedaunan itu atau menyapunya. Kepekaan dan kepedulian akan kebersihan lingkungan belum tertanam pada kebiasaan mereka dalam keseharian dan beraktivitas. Ya, sosokmu hadir di waktu subuh menjelang pagi hari. Sosok yang begitu peduli akan kebersihan dan keasrian lingkungan. Sosok yang memberikan kenyamanan untuk kami agar tetap merasakan kenyamanan, kesehatan dan kekuatan fisik dari berbagai penyakit.Mereka hadir untuk satu tujuan pasti bahwa sebelum matahari memancarkan cahayanya yang merona, pastikan keadaan sudah bersih dan resik. Mamang LH, begitu kami menyebut mereka. Kau memang pahlawan sesungguhnya. Bagaimana jadinya kotaku, sekolahku tanpamu. Jika tanpamu, entahlah. Mungkin kau merasa sedikit lelah dengan pekerjaan yang ada. Kali ini alam memang tidak berpihak kepadamu. Daun kering itu setiap pagi membanjiri jalan yang akan dilewati oleh kami dan mereka. Jumlahnya bukan satu, dua daun kering, melainkan ratusan bahkan mungkin kalau dihitung ribuan.“Hhh…daunnya…”, hatimu membatin. Dalam lelahnya raga, di bawah pohon kau berlindung dari teriknya mentari pagi. Kau hela napas seolah ada beban begitu berat yang mesti kau tanggung. Sambil memandangi dedaunan kering yang berserakan, sejenak kau berpikir dalam diam sambil tanganmu menumpu pada tempat sampah menahan lelahnya tubuh. “Bismillahirrahmanirrahiim…”Tanpa berpikir Panjang, segera kau ambil sapu lidi berukuran panjang. Di situlah kau mulai menyapu, mengail pojokan sampah, dan membersihkan dedaunan kering yang berjatuhan. Semua sela-sela tempat yang sulit dijangkau kau bersihkan. Kau lakukan pekerjaan itu dengan kesungguhan dan tanggungjawab menjalankan amanah sebagai petugas lingkungan hidup. Begitu besar dan mulai pekerjaanmu. Kami tak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika kotaku tanpamu, lingkungan sekolahku tanpa kehadiranmu? Mamang Petugas Lingkungan Hidup, kuucap doa sepanjang waktu kau habiskan untuk tugas muliamu dan terima kasih karena jasamu, sekolahku resik nan ASRI. Edisitulisanartikelfeature#

Artikel, Uncategorized

Tak Sekadar ‘Mau’, tapi Aksi Menjadi Bukti

Mau adalah ucapan yang dilontarkan seseorang ketika menginginkan sesuatu. Mau juga merupakan ungkapan kata yang diutarakan ketika seseorang ditawari sesuatu, entah barang, makanan, maupun pekerjaan dan hal lainnya yang mengandung pertanyaan dengan jawaban ‘Mau’. Satu kata pendek namun memiliki makna sehingga maunya saya, kamu, dia, dan mereka tentunya akan berbeda satu sama lain. Jika seseorang mengatakan mau hanya sekadar mau biasa atau mau tapi malu, maka maunya dia hanya sebatas mau tanpa ada hal lain di belakangnya. Sebagai contoh, dalam sebuah pertemuan seorang pembicara atau pembina mengatakan kepada hadirin atau audiensnya dengan pertanyaan simple, “Apakah kalian mau uang?” Zaman sekarang siapa yang tidak mau uang, apalagi ditawarkan secara cuma-cuma, tanpa harus melakukan inilah itulah. Lebih senang lagi ketika tiba-tiba tanpa sebab atau pun tanda-tanda seorang ketua yayasan membagi-bagikan uang kepada hadirin dalam sebuah pertemuan. Tentunya senang dan bahagia tak terkira mendapatkan rejeki yang tak disangka dan tak diduga. Itu baru di dunia dan manusia yang memberi serta berbagi kebahagiaan, apalagi jika Allah Swt. yang secara langsung memberikan bahagiaan atau apa yang diinginkan melalui terkabulnya doa-doa yang dipanjatkan. Masya Allah… tentu senangnya tak terkira. “Barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rejeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allaj niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. At Talaq 65:2-3) Inilah gambaran bahwa siapapun akan merasa senang ketika mendapatkan sesuatu secara cuma-cuma dan tiba-tiba. “Mimpi apa saya semalam?”, mungkin orang akan mengatakan itu. Namun tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, ketika harus terjadi maka jadilah, “Kun Fayakuun.” Tak ada yang mampu menghalangi ataupun mencegah ketentuan yang sudah Allah takdirkan untuk manusia. Maka ketika seseorang secara tiba-tiba mendapatkan musibah, bencana atau hal lainnya di luar nalar manusia, itulah ketentuan Allah yang tidak bisa dicegah apalagi dihentikan. Tidak hanya musibah atau pun bencana, ketika seseorang mendapatkan secara tiba-tiba kebahagiaan pun semua itu sudah ditakdirkan Allah Swt. hanya cara dan jalannya saja yang berbeda. “Ketika Allah hendak memuliakan seorang hamba, maka Allah ciptakan kesulitan baginya sehingga ia akan bahagia ketika berhasil melewatu kesulitan tersebut. Seperti seorang hamba yang bahagiia masuk surga setelah berhasil melewati kesulitan kematian, kebangkitan, hisab, dan melintas di atas sirath” (Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah). Berkaitan dengan kata ‘mau’ yakni sebuah ekspresi atau jawaban nyata seseorang ketika ditawarkan sesuatu, maka ‘mau’ di sini bukan sekadar ‘mau’ tanpa ekspresi, melainkan ‘mau’ yang tentunya harus dibarengi dan aksi atau tindakan untuk mewujudkan apa yang dimau atau diinginkan. Jika ‘mau’ hanya sekedar ‘mau’ tanpa aksi nyata atau bukti perbuatan yang dilakukan, maka yang ada bukan hasil yang dicapai sesuai keinginan, melainkan mungkin kekecewaan yang dirasakan. Ketika seorang pembicara atau pembina mengajukan pertanyaan penawaran “kalian mau uang?”, hadirin hanya mengatakan ‘mau’ tanpa aksi atau bergegas maju menghampiri pembicara. Mereka hanya mengatakan ‘mau’, tapi diam di tempat. Sementara bagi mereka yang dengan sigap semangat menghampiri pembicara, akahirnya mendapatkan apa yang ditawarkan pembicara. Inilah arti kata ‘mau’ yang tidak sekadar ‘mau’, tetap ada aksi nyata di dalamnya. Tidak sekadar ‘mau’, tetapi tidak dibarengi usaha untuk mendapatkannya. Begitupun apa yang dilakukan oleh seorang ketua yayasan ketika secara tiba-tiba membagikan kebahagiaan bagi audiensnya atau yang hadir menempati posisi duduk paling depan. Hal ini secara tersirat menggambarkan bahwa sebelumnya di awal ketika acar akan dimulai, MC memerintahkan agar hadirin menempati posisi duduk paling depan. Bagi mereka yang ingin mendapatkan ilmu dan karena taat perintah dengan sigap memenuhi tepat duduk paling. Sementara bagi mereka yang mungkin terbiasa dan karena posisi duduk sudah nyaman, walaupun berkali-kali pembawa acara memerintahkan hadirin untuk menempati tempat duduk paling depan, mereka tak bergeming dan tetap memilih posisi duduk di belakang, bersandar santai yang menurutnya benar-benar enaknya, nyaman. Gambaran atau contoh di atas hanyalah ilustrasi bahwa jika dikaitkan dengan perintah Allah Swt. dalam Al-Quran, ketika seseorang ingin mendapatkan apa yang diinginkan, dicita-citakan, diharapkan terjadi, maka berdoa dan berusahalah. “Allah (sebnarnya) sudah tahu apa yang kita inginkan. Dia memberikan kita (kesempatan) berdoa agar kita dapat merasakan manisnya bicara kepada-Nya.” Tidak hanya diam tanpa usaha apalagi diam tanpa berdoa, diamnya diam bak patung tanpa melakukan apa-apa. Manusia diberi akal dan pikiran, maka gunakan pemberian Allah Swt, tersebut dengan sebaik-baiknya. Tentunya perkembangan zaman pula menuntut seseorang untuk melakukan perubahan demi perubahan ke arah yang lebih baik, berkembang, dan maju. Pastinya tidak selamanya keadaan seseorang berada pada posisi enak dan nyaman. Dunia berputar, maka ada waktunya untuk manusia melakukan perubahan demi perubahan menuju lebih baik. Tidak berleha-leha apalagi karena sudah pada posisi nyaman akhirnya terbuai dengan kenyamanan tersebut sehingga menjadi manusia lalai, malas tanpa kreativitas dan sekadar mempunyai keinginan tanpa tindakan. ‘Maumu’ tak sebatas ‘mau’, tetapi aksi menjadi bukti bahwa ‘maumu’ memang benar-benar ‘mau’ Perjalanan rejeki tak bisa diduga dan dipaksakan. Kadang butuh waktu panjang tapi bisa juga ia dating secepat kilat. Bahkan saat baru terlintas saja dalam hati, ia bisa tiba-tiba dating. Kadang bisa terlepas lebih dulu dari genggaman, lalu ia kembali dengan cara yang ajaib karena sejatinya rejeki itu tahu alamat pemiliknya. Ia serupa air, akan terus mengalir mencari pemiliknya meski bongkahan batu menghalangi. Ia akan mengumpulkann kekuatann untuk melampaui bebatuan itu karena apa yang menjadi milik seseorang, bagaimana caranya, tetap akkan sampai pada tangan pemiliknya. Tak ada tempat untuk iri pada hati yang tawakkal karena ia yakin apa yang menjadi rejekinya akan sampai ke alamatnya. Tinggal lapangkan hati, luaskan penerimaan sebanyak-banyak rejeki yang Allah berikan baik lahir maupun batin. (Dikutip dari seorang penulis Irma Irawati dalam sumber https://t.me/semangatsubuh) -wdr

Artikel, Kegiatan Santri

Praktikum Uji Golongan Darah dan Rhesus SMAIT Al-Multazam

–Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (Q.S. Al-‘Alaq : 2)- KUNINGAN. Keseruan dan antusias nampak pada para santri kelas XI SMAIT Al-Multazam saat praktikum Selasa, 1 November 2022. Praktikum ini bertujuan untuk menambah keterampilan wawasan santri dalam mengetahui dan membedakan golongan darah A,B, AB, dan O serta menentukan rhesus positif dan negatif. Selama ini yang diketahui para santri sistem penggolongan darah hanya ABO dan belum mengenal sistem rhesus, sehingga mereka merasa penasaran untuk mengetahui rhesus apa sekaligus mempraktikannya langsung dan memastikan golongan darah yang selama ini hanya diketahui dari orangtua mereka masing-masing. Kegiatan ini berlangsung di laboratorium Biologi bersama Guru Biologi Ust Didik Wiranto, S.P, M.Pd. didampingi Laboran tenaga profesional dan salah satu tim kesehatan pesantren yang membantu dalam teknis pengambilan darah agar memenuhi standar kesehatan. Selain melakukan uji golongan darah dan rhesus, mereka juga melakukan pengukuran tekanan darah, denyut nadi dengan menggunakan alat tensimeter atau Sphygmomanometer. Alat dan bahan untuk melakukan praktikum ini cukup sederhana diantaranya Blood Lancet (jarum franke) dan pen device untuk mengambil darah, Alcohol Swabs untuk antiseptik dan pembersih, pengaduk, Reagen/ Serum/Antigen anti-A, B, AB dan D untuk pengujian menentukan golongan darah dan kartu golongan darah sebagai tempat hasil pengujian. Prosedur pelaksanaan pengujian golongan darah dan rhesus juga sangat mudah, praktikan/probandus membersihkan salah satu ujung jari dengan antiseptik, kemudian diambil darahnya dengan Blood Lancet pen dan diteteskan pada masing-masing kolom pada kartu uji golongan darah. Tahapan selanjutnya adalah meneteskan Reagen/ Serum anti-A, B, AB dan D pada masing-masing sampel darah tersebut dan diaduk/ dicampur. Sampel diperiksa untuk melihat ada tidaknya Aglutinasi (penggumpalan) sel darah. Jika sel darah saling menempel atau menggumpal, artinya darah bereaksi dengan salah satu antigen. Sehingga dari hasil pengamatan bisa ditentukan golongan darah tersebut A, B, AB dan O beserta rhesusnya negatif atau positif. Dari 84 siswa yang melakukan praktikum didapatkan hasil golongan darah bervariasi. Santri dengan golongan darah A 29%, golongan darah B 24%, golongan darah AB 6%, golongan darah O sejumlah 40% dan semua santri memiliki rhesus positif (100%) dengan rata-rata memiliki tekanan darah sistole/diastol 101/ 67. Dari data yang ada memiliki korelasi dengan keadaan golongan darah secara nasional. Menurut data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), jumlah penduduk Indonesia paling banyak memiliki golongan darah O dan yang sedikit golongan darah AB. Sedangkan penduduk Indonesia rata-rata hampir 99% memiliki rhesus positif. Sedangkan penduduk Indonesia yang memiliki rhesus negatif kurang dari 1 %. Lalu kenapa penting untuk kita mengenal rhesus, berdasarkan riset jumlah penduduk yang memiliki rhesus negatif di dunia jauh lebih sedikit dari rhesus positif hanya sekitar 15%. Kebanyakan rhesus negatif dimiliki masyarakat Ras Kaukasoid seperti warga Eropa, Amerika, dan Australia, sementara 90% orang Asia dan Afrika memiliki golongan darah rhesus positif artinya jumlah donor darah bagi rhesus negatif terbatas di Indonesia. Hal ini akan menjadi permasalahan karena orang dengan rhesus positif hanya bisa donor darah ke sesama rhesus positif dan rhesus negatif hanya bisa menerima donor dari sesama rhesus negatif saja. Dengan jumlah kurang dari 1% penduduk yang memiliki rhesus negatif menjadi tantangan tersendiri khususnya PMI dalam menyediakan dan memfasilitasi penduduk yang memerlukan donor dari sesama rhesus negatif, sehingga saat ini muncul komunitas Rhesus Negatif Indonesia (RNI) sebagai sarana komunikasi untuk membantu warga yang memerlukan tranfusi/ donor darah sesamanya. Permasalahn kedua, kenapa mengetahui rhesus sangat penting adalah selain karena stok darah minim perbedaan rhesus berisiko pada kehamilan. Bila ibunya memiliki reshus negatif sementara ayahnya positif maka bisa jadi anak yang dikandung rhesusnya positif, ini yang berbahaya. Ketidakcocokan rhesus ibu dan janin akan membuat tubuh ibu melawan, sel darah dengan antigen D (Rh-) dianggap benda asing harus dihancurkan layaknya virus atau bakteri. Tubuh ibu akan memproduksi antibodi yang menyerang sel-sel darah merah calon bayi akibatnya bisa terjadi kematian atau membuat bayi terlahir dengan berbagai penyakit seperti penyakit kuning, anemia, pembengkakan hati, kerusakan otak atau gagal jantung yang dikenal dengan eritroblastosis fetalis. Selama sang ibu dan ayah tahu akan golongan darahnya risiko perbedaan rhesus bisa diantisipasi dengan suntikan anti D atau biasa disebut rhogam. RhoGam ini akan menghancurkan sel darah merah janin yang beredar dalam darah ibu, sebelum sel darah merah itu memicu pembentukan antibodi yang dapat menyeberang ke dalam sirkulasi darah janin. Dengan demikian janin akan terlindung dari serangan antibodi. Begitu penting mengetahui jenis rhesus darah, sehingga selain bisa tahu apakah darah kita ini memiliki rhesus positif ataupun negatif, para santri juga bisa sekaligus mendonorkan darah bagi sesama yang memerlukan. Sebagaimana slogan yang sering kita dengar “Setetes Darah Anda, Nyawa Mereka”. Apapun jenis golongan darah dan rhesus kita semuanya adalah karunia dari Allah SWT yang patut kita syukuri, semua ada hikmahnya, tidak ada ciptaan-Nya yang sia-sia sebagaimana Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 191: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (DIW)

Artikel

PENDIDIKAN BUKAN SEKEDAR SELEMBAR KERTAS

Banyak orang yang menduga bahwa Pendidikan hanyalah sebatas mengejar selembar kertas yang berisi angka-angka sebagai bukti prestasi diri. Lantas benarkah bahwa angka-angka yang tertera itu sebuah bukti prestasi diri ?…dalam kenyataannya banyak orang yang berpendidikan tinggi tetapi hidupnya penuh kesulitan, sementara di sisi lain ada orang-orang yang berpendidikan rendah namun hidupnya penuh keberkahan. Lihat saja orang-orang yang ada di “hotel prodeo” apakah semuanya adalah orang-orang yang tidak berpendidikan?? Tentu tidak! Sebagiannya terdiri dari orang-orang yang sangat berpendidikan, bukan saja setingkat S1 bahkan ada yang S2 dan mungkin saja ada yang S2… inikah yang disebut sebagai prestasi???. Di sisi yang lain bisa kita lihat ada orang-orang yang berpendidikan rendah hanya sebatas SMA namun mampu memberikan kehidupan bagi masyarakat lainnya…apakah ini bukan prestasi??? Pada hakikatnya Pendidikan adalah sebuah proses…proses yang cukup Panjang yang harus dilewati seseorang untuk menjadi seorang yang terdidik. Terdidik bukan hanya sekedar dalam hal berpikir sehingga orang tersebut mampu berpikir secara rasional sehingga tercipta berbagai macam penemuan, akan tetapi juga terdidik dalam hal mental, kepribadian, kematangan dalam bersikap, kesantunan dalam berbicara, kematangan dalam bersosialisasi, kemampuan untuk berempati dan kematangan-kematangan lainnya yang benar-benar menunjukkan bahwa dirinya layak berada di strata atas. Apalah arti sebuah angka yang tinggi bila tak dibarengi dengan akhlak yang tinggi. Wahai para pendidik…..pendidikan bukanlah sekedar mentransfer pengetahuan. Pendidikan adalah sebuah proses “memanusiakan manusia”. Menempatkan manusia pada tempat yang sesungguhnya yaitu sebagai makhluk yang sempurna yang Allah ciptakan diantara makhluk-makhluk lainnya. Allah berikan akal pada manusia agar manusia dapat berpikir…berpikir bagaimana agar manusia dapat mempertahankan hidupnya di segala macam zaman dan tantangannya. Selain akal pikiran, Allah pun ciptakan rasa pada manusia agar manusia memiliki hati Nurani, hati yang penuh perasaan manusiawi agar muncul rasa saling empati. Bagaimanakah dengan Pendidikan di negeri ini ? negeri Indonesia tercinta?? Sudahkah Pendidikan yang ada menempatkan manusia selayaknya manusia? Mengubah manusia yang biasa menjadi manusia yang luar biasa?…pendidikan di negeri ini masih sebatas sebuah industri yang menghasilkan selembar kertas ijazah yang entah makna nya apa. Jika ijazah menjadi sebuah simbol strata, dalam kenyataan banyak yang tak berijasah tetapi memiliki strata yang tinggi dan mampu mandiri. Jika ijazah menjadi sebuah simbol kematangan pribadi, kenyataannya banyak yang berijasah tapi tak matang pribadinya, keilmuannya bukan menebarkan manfaat tapi justru maslahat….DIMANAKAH LETAK PENDIDIKAN YANG SEBENARNYA? Semoga ada pembenahan secara mendasar dalam Pendidikan di negeri ini, sehingga Pendidikan ini tak sekedar menghasilkan lembaran-lembaran ijazah yang tak jelas makna nya, akan tetapi Pendidikan menjadi sebuah bukti meningkatnya suatu peradaban yang mampu menempatkan manusia layaknya manusia sehingga tercipta suatu kehidupan yang “Madani”….(sebuah renungan) -Yusi Pujiwarastuti- (Irnanda – Kontributor SMAIT)

Artikel, Mediasi (Media Literasi)

Belajar dari sang Literat Cilik

Tak banyak orang mengenal sosoknya. Tak banyak pula orang mengenal siapa dia dan hobi serta kebiasaannya. Namun di balik ketidaktahuan mereka akan sosok kecil mungil berkaca mata ini, terdapat satu kebiasaan hingga dijadikan sebuah hobi bahkan menjadi cita-cita mulia kelak remaja nanti. ‘Menjadi seorang penulis’. Sebuah cita-cita luar biasa yang kebanyakan orang merasa enggan menulis menjadi cita-cita. Namun dengan kepolosan dan ketegasannya si cantik berkaca mata ini mengatakan bahwa “Cita cita saya ingin jadi penulis.” Cita-cita mulia yang kelak semoga terlaksana dan mampu menggapai asa serta mimpi menjadi penulis terkemuka. Di usia yang terbilang sangat muda yaitu sekitar 11, 12 tahun sosok kecil mungil ini sudah berkaca mata dan berlensa tebal. Tentunya bukan tanpa alasan, bukan pula karena seringnya bermain gawai seperti kebanyakan anak-anak zaman sekarang, melainkan memang inilah ciri khas sang literat. Kaca mata berlensa tebal menjadi kisah sejarah dan bukti nyata bahwa sang literat tak pernah lepas dari sebuah buku. Menurut informasi dari kedua orangtuanya bahwa kebiasaan membaca buku sudah dilakukan semenjak si kecil mungil ini bisa dan lancar membaca. Membaca, menulis, dan berkarya itulah slogan literasi SMA yang diterapkan oleh sang literat sejati sejati dan tanpa henti terus bergaul dengan buku. Ide-ide yang tertuang dalam tulisan demi tulisan akhirnya melahirkan beberapa karya fiksi. Jari jemari kecilnya tak pernah berhenti untuk menuliskan kata demi kata hingga tersusun menjadi kalimat, paragraf, dan cerita lengkap. Begitu lihai jemari mungilnya bergerak menuliskan kata demi kata yang sudah tersusun dalam pikiran. Masya Allah kelebihan yang Allah berikan untuk si cantik ini membuat siapa pun yang melihatnya akan berdecak kagum bahkan merasa iri dengan kemahirannya dalam menulis. Berawal dari sebuah keinginan kuat, motivasi tinggi hingga menjadi penulis bergenre agamis menjadi impiannya selama ini.“Tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat untuk seorang hamba dalam hidupnya dan bekalnya (menghadapi alam akhirat) daripada tadabbur Al-Quran. “ Menulis adalah salah satu cara kita berdakwah, maka melalui tulisan sang literat cilik inilah kita akan mengetahui banyak ilmu. Satu kalimat yang menjadi bahan perenungan kita semua bahwa “si cantik mungil ini tidak seperti kebanyakan teman seusianya, jika mereka sibuk dengan bermain gawainya, maka sang literat sibuk bermain dengan diksi dan imajinasi untuk menghasilkan karya yang penuh literasi. 11/02/2022*tim

Artikel, Kegiatan Santri

Shalat Dhuha Menjadi Rutinitas Pagi Santri

Dhuha Adalah waktu pagi, waktu dimana orang-orang memulai kegiatan untuk mencari keberkahan rezeki. Shalat dhuha adalah shalat yang dikerjakan pada waktu dhuha atau antara waktu setelah matahari terbit (pukul 8) hingga sebelum tengah hari yakni pukul 11 siang yang mana dengan mengerjakannya Allah akan meluaskan rezeki kita. “Di perintahkan kepadaku oleh kekasihku Nabi untuk berpuasa 3 (tiga ) hari pada tiap-tiap bulan, mengerjakan 2 ( dua ) rakaat Shalat Sunnat Dhuha, dan supaya saya berwitir sebelum tidur.” ( HR Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, sholat duha baik dikalangan umum terutama dilembaga pendidikan pondok pesantren sudah menjadi rutinitas harian mereka, salah satunya yang dilakukan para Santriwati Pondok Pesantren Terpadu Al-Multazam sebelum dimulainya kegiataan belajar dipagi hari. Setiap mereka masuk kekelas, para santriwati terdiri dari kelas X-XII berkumpul dilapangan guna melakasanakan sholat Dhuha berjama’ah. Kegiatan Dhuha pagi tersebut tidak terlepas dari peran para Asatidzah dan Asatidz yang tidak hentinya terus menyuarakan, membimbing dan mendampingi mereka dalam gerakan Dhuha pagi. Sebagai generasi Qur’ani selayaknya para santri dan para Murobbi senang mengerjakan amal ibadah termasuk Shalat Dhuha sebagai peneguhan langkah dan perwujudan dari Doa-doa Shalat Tahajud di tengah malam serta ditengah aktifitas yang kita jalankan. Shalat dhuha memiliki banyak keutamaan yang dapat memotivasi kita untuk mengerjakannya, diantaranya ialah: 1. Sholat Dhuha sebagai Pengganti Sedekah Orang yang mengerjakan shalat Dhuha ia telah mengeluarkan sedekah. “Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab tiap kali bacaan tasbih itu adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada yang ma’ruf adalah sedekah, mencegah yang mungkar adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu, maka cukuplah mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha.” (HR Muslim). 2. Sholat Dhuha Membuat Kita Kembali Taat Orang yang menunaikan shalat Dhuha akan dicatat sebagai ahli ibadah dan taat kepada Allah. “Barangsiapa yang shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditulis sebagai orang yang lalai. Barangsiapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka dia ditulis sebagai orang yang ahli ibadah. Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat, maka dia diselamatkan di hari itu. Barangsiapa mengerjakannya delapan rakaat, maka Allah tulis dia sebagai orang yang taat. Dan barangsiapa yang mengerjakannya dua belas rakaat, maka Allah akan membangun sebuah rumah di surga untuknya.” (HR. At-Thabrani). 3. Dituntaskan Permasalahan Sepanjang Hari Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal harimu, niscaya Aku cukupkan untukmu di sepanjang hari itu.” (HR. Ahmad). Di hadits lain disebutkan Allah menyukupkan rezekinya. “Wahai anak Adam, janganlah engkau merasa lemah dari empat rakaat dalam mengawali harimu, niscaya Aku (Allah) akan mencukupimu di akhir harimu.” (HR. Abu Darda`). 4. Mendapatkan Pahala Layaknya Pergi Haji dan Umroh “Barang siapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna”. (Shahih al-Jami`: 6346). 5. Aman Dari Dosa Seharian Rasullullah SAW bersabda, “Siapapun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, maka akan di ampuni dosa-dosanya oleh Allah. Sekalipun itu seperti buih di lautan.”(HR-Tirmidzi). Di hadits lain disebutkan kalau orang istiqamah melaksanakan shalat Dhuha kelak ia akan masuk surga lewat pintu khusus. “Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pintu bernama pintu Dhuha. Apabila Kiamat telah tiba maka akan ada suara yang berseru, ‘Di manakah orang-orang yang semasa hidup di dunia selalu mengerjakan shalat Dhuha? Ini adalah pintu buat kalian. Masuklah dengan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR. At-Thabrani). Maha dahsyat Allah SWT yang menciptakan waktu pagi dan petang. Berbahagialah orang yang menunaikan shalat Dhuha, mengawali pagi dengan ibadah. Mari saling memotivasi dan mengingatkan untuk senantiasa menjaga Shalat Dhuha kita. By :@AbiZankiAzzura – IR (Kontributor SMAIT)

Scroll to Top