SMAIT Al-Multazam (20/01). Mengejar waktu, memburu guru, berlari tanpa henti, walau sebenarnya raga mulai lelah. Menyelesaikan targetan walaupun terkaget kaget karena kesalahan dan kekeliruan yang dilakukan. Revisi demi revisi terus berulang seolah tak peduli pada si pencipta karya. Emosi mulai menghinggapi diri mereka. Tak terasa air mata mulai menggenang di kelopak mata. Entah kenapa dan rasa apa yang sebenarnya mereka rasa. Mungkin air mata bahagia, haru, duka, sedih ataukah marah, entahlah. Rasa yang tersimpan dalam dada berubah menjadi kisah penuh kesan dan pesan mendalam. Sebuah kisah melalui jalan berbeda dari karakter mereka yang berbeda pula. Penuh teka teki dan lika-liku permasalahan yang terjadi. Namun di sinilah kisah mereka dimulai. Proses penulisan makalah, mungkin bisa dijadikan satu pengalaman kisah menarik. Melalui kisah pengalaman inilah mampu menjadikan santri terkhusus kelas XII mengambil pelajaran bahwa betapa pentingnya sebuah proses dalam segala hal. Tanpa proses tidak akan ada kesan mendalam yang dirasakan. Tanpa proses tidak akan tertanam mental kuat penyuka tantangan. Inilah Sepenggal kisah yang harus dilalui oleh mereka. Melalui penulisan karya ilmiah berupa makalah, meraka diajak berpikir, belajar, berbicara, membaca, menyimak, dan menulis. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan sebuah kompetensi yang harus dimiliki santri. Proses indah dan maksimal akan melahirkan hasil sempurna. Berawal dari menentukan masalah, latar belakang, pemerolehan data, pembahasan, kesimpulan menjadi satu rangkaian kegiatan dalam proses bimbingan. Revisian, dan arahan dari narasumber, proses pengetikan, sampai akhirnya penandatanganan dan pengumpulan karya serta pembuatan PPT menjadi proses berkesinambungan tanpa jeda. Hingga puncaknya munaqosyahlah penentu pertanggungjawaban mereka terhadap karya yang dicipta. Pertanggungjawaban atas ilmu yang didapat selama menjalani proses bimbingan bersama para pembimbing. Terlepas dari itu semua, rasa syukur atas kompetensi yang dimiliki, proses yang dijalani, waktu yang dilewati serta tenaga pikiran yang terkuras, semuanya niatkan karena Lillah dan tentunya hanya mengharapkan mendapat keberkahan-Nya. Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah berhak mengambil dan memberi. Segala sesuatu yang telah ditentukan di sisiNya, untuk itu bersabarlah dan harapkan pahala Allah Swt. (HR. Ibnu Majah) –wdr