Siapa yang tidak mengenal kata ‘sampurasun’, tentunya semua orang sering mendengar bahkan mengetahui kata ‘sampurasun’. Sebuah ucapan salam dan sapaan yang diucapkan oleh orang-orang jawa ketika bertamu atau berpapasan antara satu dengan yang lain di perjalanan. Satu kata bermakna yang terdengar halus penuh kesopansantunan.
Lalu bagaimana dengan bentuk sampurasun dalam sebuah tarian? Tentunya sebuah gerakan tari unik, menarik dan sedikit enerjik dengan iringan musik kolaborasi antara tradisional dan modernisasi.
Tarian sampurasun ala santri menjadi satu hal menarik untuk diketahui akan kreativitas dan keunikan gerakan yang dibawakan. Tidak hanya itu, kostum yang dikenakan ditambah aksesoris sederhana menambah keunikan tersendiri bahwa tarian sampurasun ala santri memang unik untuk dibahas. Ditambah dengan pemakaian hijab syari yang agak lebar menambah keaanggunan dan ketertutupan santri dalam menari. Tidak terkesan terbuka dan memperlihatkan lekukan tubuh tetap menjadi ciri khas santri.
Lebarnya hijab tidak menghalangi dan membatasi setiap gerakan tarian. Semua tampak biasa, luwes, lentur, dan tidak terlihat kaku. Setiap gerakan ditampilkan penuh percaya diri dan tentunya menyimpan makna mendalam. Kreativitas santri melalui gerakan tarian yang ditampilkan merupakan referensi dari beberapa gerakan tari. Tidak terkesan memperlihatkan lenggak lenggok tubuh menjadikan setiap gerakan dikemas dengan baik dan anggun serta sopan.
Sampurasun menjadi satu kata sapaan yang memperdengarkan kesopansantunan seseorang dalam beradab saat bertemu atau berpapasan dengan orang lain. Sebuah kata halus yang jarang diucapkan pada zaman sekarang, baik oleh orang tua maupun muda. Bahkan bukan jarang digunakan, melainkan sudah tidak terdengar lagi diucapkan. Padahal pemakaian bahasa menjadi ciri khas dan budaya karakter bangsa yang mesti dilestarikan.
Jika ingin mengenal budi dan bahasa lihatlah pada kelakuan dia karena bahasa ciri dari karakter bangsa
(Ali Raja dalam gurindam 17) *tim