Peristiwa yang dialami mampu mengungkap sebuah fakta. Fenomena yang terjadi mampu menyibak satu cerita. Cerita yang mewarnai lika liku kehidupan. Kisah yang menemani dalam setiap langkah. Inilah kisah di balik sosok bernama santri.
Pelaksanaan shalat Dhuha menjadi satu agenda rutin sekolah menjelang pelaksanaan pembelajaran di kelas dimulai. Diikuti oleh seluruh santri dan dewan guru menjadikan pelaksanaan shalat Dhuha begitu penuh makna dan doa serta harap yang dipanjatkan. Tentunya kemudahan dan keberkahan dalam setiap langkah ketika menjalankan aktivitas keseharian menjadi keinginan kuat terkabulkannya doa yang dilantunkan.
Rasulullah bersabda “Tidaklah mampu menjaga pelaksanaan shalat Dhuha melainkan seorang yang senantiasa kembali kepada Allah (Awwab), dan shalat Dhuha itu merupakan shalatnya orang-orang yang senantiasa kembali kepada Allah (al Awwabiin).”
Belum lama ini fakta menunjukan aturan penggunaan bahasa asing di kalangan santri diterapkan dengan sangat baik. Begitu luar biasa dan membuat takjub ketika mendengar santri menggunakan bahasa asing dengan sangat fasih. Melalui pelaksanaan shalat Dhuha bersama satu agenda kembali menghiasi dan mengawali aktivitas di pagi hari. Speach dan khitobah merupakan program bahasa yang diaplikasikan santri SMAIT Al-Multazam melalui shalat Dhuha bersama di lapangan. Agenda ini dilaksanakan setelah seluruh santri dan dewan guru melaksanakan shalat Dhuha, berdoa, murojaah hafalan Al-Quran, pembacaan Asmaul Husna, kemudian dilanjutkan penyampaian kultum dengan menggunakan dua bahasa yakni bahasa Inggris dan Arab. Bak pendakwah profesional, kata demi kata keluar dari artikukasi mulut mereka, begitu fasih, lancar, dan jelas.
Masya Allah….bahasa memang berbicara fakta akan kompetensi penguasaan bahasa yang dimiliki santri. Fakta bahwa santri Pondok Pesantren Terpadu Al-Multazam pandai berbahasa asing. Fakta bahwa bahasa asing menjadi bahasa keseharian mereka di pondok. Hal ini tentunya Ini membuat kami merasa bangga dan terpesona oleh perfomance mereka. Semoga melalui program bahasa dan pengaplikasian seperti ini menjadi awal terbiasanya santri menggunakan dua bahasa asing yakni Arab dan Inggris. Maka dari kebiasaan tersebutlah, kefasihan bahasa yang diucapkan menjadi kelebihan tersendiri bagi santri. Ala bisa karena biasa, itulah ungkapan yang tepat disematkan untuk mereka.