Santri punya segudang cerita, baik bahagia maupun duka, baik kesenangan maupun kesedihan, dan kegembiraan maupun kekecewaan. Semua Cerita tersimpan dalam memori penuh kesan dan pesan mendalam. Cerita melalui jalan yang berbeda dari karakter mereka yang berbeda pula. Penuh teka teki dan lika-liku permasalahan yang terjadi. Namun di sinilah kisah mereka dimulai. Santri melalui kisah yang dialami mampu menciptakan sebuah rasa. Entah rasa cinta, duka, ataupun kecewa. Berawal dari kisah yang menimbulkan berbagai rasa itulah mampu menjadikan mereka lebih kuat dan berpikir dewasa, hal demikianlah yang seharusnya terjadi. Namun fakta berbicara lain, cerita hanyalah cerita, kisah baru sebatas peristiwa tanpa makna. Tanpa mengambil hikmah ataupun amanat di dalamnya, terkadang semua lewat tanpa ada bekas tertanam dalam diri, sehingga perubahan untuk lebih baik masih samar-samar terlihat. Kisah adalah pengalaman yang pernah dilalui, dengan mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman itulah cerita hidup akan lebih berkesan dan bermakna. Santri dengan cerita di dalamnya dan mungkin setumpuk harapan seharusnya menjadi pieunteungeun untuk masa depan lebih cerah. Tidak hanya itu, tentunya semua harapan yang tersimpan dalam diri senantiasa melibatkan dan mengharapkan keberkahan serta keridoan Allah Swt. Dengan demikian, untuk menuju ketercapaian tersebut dibutuhkan sebuah pemikiran dewasa dalam memaknai setiap cerita yang dialami. Bukan hanya sekadar cerita biasa, melainkan setiap kisah atau cerita yang pernah dialami mampu menjadikan motivasi diri jauh lebih baik. Proses penulisan makalah, mungkin bisa dijadikan satu pengalaman kisah menarik. Melalui kisah pengalaman inilah mampu menjadikan santri terkusus kelas XII mengambil pelajaran bahwa betapa pentingnya sebuah proses dalam segala hal. Tanpa proses tidak akan ada kesan mendalam yang dirasakan. Tanpa proses tidak akan tertanam mental kuat penyuka tantangan. Inilah Sepenggal kisah yang harus dilalui oleh mereka. Melalui penulisan karya ilmiah berupa makalah, meraka diajak berfikir, belajar, berbicara, membaca, menyimak, dan menulis. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan sebuah kompetensi yang harus dimiliki santri. Sementara mulai dari menentukan masalah, pemerolehan data, pembahasan, kesimpulan, proses bimbingan, revisian, arahan dari narasumber, pengetikan, sampai akhirnya penandatanganan dan pengumpulan karya serta munaqosyah sebagai puncaknya adalah suatu proses yang mesti dijalani. Terlepas dari itu semua, rasa syukur atas kompetensi yang dimiliki dan proses yang dijalani niatkan semuanya karena Allah dan tentunya ingin mendapatkan keberkahan-Nya. Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah berhak mengambil dan memberi. Segala sesuatu telah ditentukan di sisiNya, untuk itu bersabarlah dan harapkan pahala Allah Swt. (HR. Ibnu Majah) 31/01/22*tim