SMAIT Al-Multazam

Singkup Paniis Menjadi Kisah Manis P3M 14

Kisah seolah tak pernah sirna dalam kehidupan. Cerita sepertinya enggan berpisah meninggalkan mereka dalam kesendirian. Kisah manis, cerita romantis tentunya hal yang selalu diharapkan terjadi dalam menapaki kehidupan. Tanpa rasa sedih, kecewa apalagi sakit hati. Namun hidup adalah perjuangan tanpa henti yang mesti dijalani, proses yang harus dilalui demi sebuah kesuksesan dan tentunya kebahagiaan hakiki dalam menggapai rido Ilaihi Robbi.

Tak ada kebahagiaan yang datang secara tiba-tiba. Tak ada kesuksesan yang menghampiri tanpa perjuangan. Semua harus dicari dan dijalani dalam sebuah kata gramatikal yakni ‘berproses’. Peristiwa demi peristiwa tentunya harus dilalui tanpa keluh apalagi kesah. Semua berjalan layaknya roda kehidupan yang berputar tanpa bisa dikendalikan.

Ilustrasi di atas menjadi sebuah contoh bahwa santri kelas XII SMAIT Al-Multazam melalui kegiatan Pekan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M), menjadi satu bentuk wujud dari sebuah proses yang sebenarnya sedang mereka implementasikan dalam kehidupan nyata. Tak sekadar teori yang terkurung dalam ruang dan waktu, tetapi lebih dari itu sebuah praktik yang dijalani mampu menjadikan mereka lebih mengerti bagaimana kehidupan yang sesungguhnya. Di bawah sang pembina, Ustad Abdul Hamid, S.Pd.I, pelaksanaan P3M ke 14 berjalan sesuai rencana dan harapan. Walaupun ada sedikit bumbu pahit mewarnai, tetapi dapat teratasi dan berubah menjadi kisah manis semanis madu.

Singkup, Paniis menjadi tempat 10 hari santri mengabdi. Waktu yang tak lama pun tak sebentar ini menjadi waktu paling berkesan yang dirasakan baik oleh santri maupun warga. Bertemakan “Hidupkan Hati dengan Empati Melalui Santri Mengabdi”, bukan sekadar tema tanpa aksi, melainkan sebuah tema yang dapat diwujudkan secara nyata dan sempurna dengan sedikit kendala. Tanggal 8 sampai 16 Desember 2022 merupakan waktu bersejarah dengan beragam kisah di dalamnya. Sebuah kebanggaan nan penuh kesan bagi santri kelas XII SMAIT Al-Multazam bahwa di tahun 2022 kembali mereka dapat melaksanakan satu program tahunan yakni P3M. Program ini menjadi satu rangkaian agenda kelas XII SMAIT menjelang akhir tahun kelulusan. Pengaplikasian teori ke dalam praktik nyata di lapangan menjadi pengalaman berharga untuk mereka guna mempersiapkan diri dalam bersosialisasi dengan masyarakat secara luas ketika lulus nanti.

Tak ada pengabdian tanpa pengorbanan. Tak ada keberhasilan tanpa rencana matang. Maka melalui berbagai agenda yang diselenggarakan santri kelas XII SMAIT Al-Multazam di lokasi P3M, semua agenda yang sudah disusun dapat terealisasikan. Mulai dari Bazar murah, bagi sembako, menghidupkan pengajian anak anak desa, membersihka lingkungan melalui gerakan Jumat bersih, workshop mendongeng, pelayanan kesehatan, olahraga bersama warga, perlombaan berbagai kalangan, dan bakti sosial lainnya menjadikan desa lebih hidup dan berwarna dengan kehadiran mereka. Kegiatan demi kegiatan disambut penuh antusias oleh warga Singkup dan Paniis.

“Sempurna”, mungkin kata itu yang layak disandangkan untuk angkatan Fahrenhait yang mampu mewarnai di manapun mereka berada. Tentunya mewarnai hari-hari warga Singkup dan Paniis melalui berbagai acara unik dan menarik, sehingga membuat semua warga terhibur dengan kehadiran mereka. Tidak monoton apalagi membosankan, itulah yang dirasakan seluruh warga terkhusus anak anak desa. Kesan mendalam begitu dirasakan warga. Perpisahan seolah menjadi kata yang tak mereka inginkan. Namun dua kata antonim yang berlawanan ini pastinya akan terjadi dalam kehidupan. Maka di mana ada pertemuan pastinya ada perpisahan.

Sepuluh hari berlalu dan saatnya santri kelas XII berpamitan kepada warga untuk mereka kembali meneruskan cita-cita yang sudah direncanakan. Kembali ke pondok untuk tolabul ilmi dan menjalankan aktivitas keseharian di dalam pondok guna menambah kembali ilmu untuk disyiarkan kelak ketika mereka lulus dari pondok.

Tak ada tawa bahagia dalam guratan wajah mereka terkhusus anak anak desa mengiringi perpisahan dengan santri kelas XII. Semua seolah terbawa suasana sedih akan perpisahan ini. Anak anak desa begitu merasa kehilangan sosok kakak yang bisa mereka teladani dan dimintai ilmu serta wejangan motivasi. Namun semua tugas dan amanah santri telah usai, saatnya mereka kembali. “Haneuteun” dengan kehadiran santri akan kembali “tiiseun” dengan kepergian mereka. Pileuleuyan desa Singkup dan Paniis. Singkup yang akan tetap melingkup, mencakup rasa hangatny kekeluargaan dan Paniis yang tetap ‘tiis’, adem ayem dalam manisnya kisah hidup. Semoga

Tim

Scroll to Top