Orang-orang Takwa Tersembunyi: Tidak Dikenal di Bumi, tetapi Termasyhur di Langit
Membina bukan berarti ingin dikenal dan merasa sayalah yang paling bisa, bukan pula merasa yang terbaik bahkan sampai berniat agar terkenal. Membina adalah sebuah amanah besar yang mesti dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Tidak hanya itu, meluruskan niat hanya semata mata ingin mendapat rido Allah Swt. merupakan hal utama yang harus tertanam dalam hati ketika kita diberikan amanah untuk membina generasi dakwah. Mungkin bagi sebagian orang ketika melakukan sesuatu atau diberikan amanah lebih tinggi dari orang lain merasa “Wah inilah saya” dengan pongahnya, dengan sombongnya menganggap diri “paling segalanya” dan mendambakan popularitas. Hal inilah yang berbahaya dan mesti diluruskan segala bentuk niat dalam hati. Jika seseorang jauh dari popularitas, maka dia akan lebih mendekatan diri kepada Allah Swt. karena kualitas keimanan dan ketakwaan seseorang akan tertanam ketika dia dalam kesendirian jauh dari keterkenalan. Mari kita mengenal dan meneladani kisah orang-orang yang memiliki ketakwaan luar biasa kepada Allah Swt. dan membiasakan melakukan kebiasaan baik yang tidak diperlihatkan di hadapan manusia serta tidak pula ingin mengejar popularitas. Secara tersembunyi, mereka melakukan hal-hal kebaikan penuh keistiqomahan sehingga membuat mereka tidak dikenal di bumi tapi dikenal di langit. “Allah menyembunyikan kekasihNya di antara manusia”, ujar ‘Umar ibn Al Khathab, “Sebagaimana Dia menyembunyikan Lailatul Qadr di antara malam-malam bulan Ramadhan.” Semua malam bulan Ramadhan memang istimewa. Tapi yang paling dahsyat adalah hadirnya yang rahasia, yang hanya dikenali dari tanda-tanda yang tak seorangpun mudah memastikannya. Orang-orang yang menetapi kewajiban kepada Allah dan menjauhi laranganNya sungguh istimewa. Merekalah orang bertaqwa, merekalah kekasihNya. Tapi kekasih Allah pun berderajat-derajat tingkatannya. Dan termasuk tingkatan yang tertinggi di antara mereka, seperti kata Sayyidina ‘Umar, adalah yang tak mudah dikenali oleh mata manusia. Merekalah Atqiya’ul Akhfiya’, orang-orang yang bertaqwa lagi tersembunyi. Mereka terkenal di langit meski diabaikan di bumi. Mereka dirindukan surga meski dikucilkan dunia. Inilah catatan penting bagi kita, bahwa orang-orang shalih yang menjadi kekasih Allah sama sekali bukanlah orang yang menonjolkan diri. Mungkin memang ada di antara mereka yang menonjol, tapi bukan sebab keinginan dirinya. Dan sungguh hati mereka juga tak pernah menyukai keterkenalan itu. Allah hanya hendak membebani mereka dengan ujian yang lebih berat berupa kemasyhuran. Maka Mu’adz ibn Jabal menangisi keterkenalannya, sebab dia disebut oleh Nabi Muhammad saw. sebagai yang paling mengerti halal dan haram dalam agama. Muhammad ibn Wasi’ berkata, “Andai dosa ada baunya, takkan ada seorangpun di antara kalian yang tahan duduk di sisiku.” Imam An Nawawi tersedu memalingkan diri, ketika digelari sebagai Muhyiddin, sang penghidup agama. Yusuf Al Qaradlawy berkata “Cukup!” dan Muhammad ibn Shalih Al ‘Utsaimin menyuruh pembawa acara diam, ketika menyebut keduanya sebagai “Al ‘Allamah”, yang amat dalam ilmunya. Kisah lain seperti Imam Ahmad bin Hanbal, beliau setiap harinya membaca Al-Qur’an dan mengkhatamkan setiap tujuh hari, dan ternyata istrinya pun tidak tahu. Manusia yang terdekat kepada hidupnya bahkan tidak tahu. Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memuji orang-orang yang menyembunyikan sedekahnya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ “Ada tujuh orang yang akan Allah berikan naungan pada hari kiamat, dimana tidak ada naungan kecuali naungan Allah ‘Azza wa Jalla.” Siapa di antaranya, yaitu: رَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا “Seseorang yang bersedekah lalu ia sembunyikan sedekahnya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya. Pelajaran tentang ketakwaan, keimanan, dan kebaktian seseorang juga bisa dicontoh hanya dari seorang pemuda biasa bernama Uwais Al Qarni. Ia merupakan pemuda yang terkenal di langit karena keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Kisah inspiratif lainnya yakni berbaktinya Salman Al Farisi kepada ibundanya sampai membuat Rasulullah saw. menangis. Betapa tidak, di hadapan Rasulullah SAW, Salman Al Farisi menceritakan upayanya untuk memuliakan sang ibu dengan cara yang paling tidak disangka-sangka.