
SMAIT Al-Multazam Juara. Setiap tanggal 1 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Di berbagai pelosok negeri, bendera Merah Putih dikibarkan setengah tiang sehari sebelumnya, lalu kembali berkibar penuh keesokan harinya. Upacara dilangsungkan, pidato-pidato dibacakan, dan sejenak waktu kita gunakan untuk mengenang peristiwa kelam yang nyaris mengguncang dasar negara.
Hari Kesaktian Pancasila tak bisa dilepaskan dari tragedi Gerakan 30 September 1965—sebuah kudeta berdarah yang menewaskan tujuh jenderal Angkatan Darat. Dalam kekacauan itu, stabilitas negara terguncang, dan masa depan ideologi Pancasila pun berada di ujung tanduk.
Hari Kesaktian Pancasila bukan hanya hari mengenang masa lalu. Ia adalah momentum untuk menegaskan kembali komitmen kita pada nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan persatuan. Nilai-nilai yang bukan hanya tertulis di teks-teks formal, tetapi harus hidup dalam tindakan nyata.
Karena pada akhirnya, kesaktian Pancasila bukan terletak pada simbol, tetapi pada kesadaran kolektif kita untuk terus menjaganya—setiap hari.
Di tengah dunia yang terus berubah, satu hal yang harus tetap tegak adalah semangat kebangsaan. Hari Kesaktian Pancasila mengajarkan kita bahwa sejarah bukan untuk dilupakan, tetapi untuk menjadi pijakan melangkah ke depan. Maka dari itu, marilah kita jaga Pancasila — bukan hanya dalam kata, tetapi dalam sikap dan tindakan. Karena selama Pancasila hidup di hati rakyatnya, Indonesia akan tetap berdiri kokoh, sekuat kesaktiannya.
‘