SMAIT Al-Multazam

Ketika Usaha Tak Mengkhianati Hasil: Cerita di Balik Sebuah Apresiasi

(Pondok Pesantren Terpadu Al-Multazam Kebanggaan Umat)

Kuningan (14/10/2025). Ada sebuah kepuasan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata ketika perjuangan panjang akhirnya berbuah manis. Di balik setiap penghargaan atau gelar juara, tersimpan proses yang penuh keringat, keraguan, bahkan hampir menyerah. Namun saat nama dipanggil, atau karya diapresiasi, semua lelah itu seakan terbayar lunas. Ini bukan sekadar tentang piala atau piagam—ini tentang pembuktian, bahwa kerja keras dan keyakinan pada diri sendiri memang layak untuk diperjuangkan.

Pemberian apresiasi dari Kementerian Agama Kabupaten Kuningan kepada para juara Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) tingkat kabupaten menjadi bukti atas perjuangan santri selama ini. Tanggal 9-11 September 2025 saksi sejarah perjuangan mereka dalam berkompetisi menguji kompetensi dan menggali potensi yang dimiliki. Berikut bukti dari perjuangan mereka dalam mengembangkan kompetensi melalui kompetisi ajang lomba OMI.

  1. Kategori Sekolah Dasar juara 3 bidang Matematika diraih oleh Muhammad Mumtaz AlFatih SDIT Al-Multazam.
  2. Kategori Sekolah Menengah Atas juara 3 bidang Matematika diraih oleh Khalda Luthfiana SMAIT Al-Multazam akhwat
  3. Kategori Sekolah Menengah Atas juara 1 bidang Geografi diraih oleh Fathur Robbani dan Allevy Hestyanto Putra SMAIT Al-Multazam 2.

Menjadi juara bukan hanya tentang berdiri di podium atau membawa pulang piala. Lebih dari itu, ini adalah tentang bagaimana seseorang bertahan di tengah rintangan, terus melangkah meski tertatih, dan memilih untuk tidak menyerah saat jalan terasa berat. Penghargaan yang diterima hanyalah simbol dari ketekunan, disiplin, dan semangat pantang menyerah.

Bagi para peraih juara—teruslah rendah hati, karena kemenangan sejati adalah saat kita tetap membumi dalam prestasi. Dan bagi yang belum mendapat panggung, ingatlah: setiap usaha tidak pernah sia-sia. Mungkin hari ini belum waktumu, tapi esok bisa jadi giliranmu bersinar. Karena pada akhirnya, bukan tentang siapa yang paling cepat sampai garis akhir, tapi siapa yang tetap berlari, meski dunia menyuruhnya berhenti.

Scroll to Top